Friday, May 30, 2014

Ravi Murdianto Garuda Jaya

0 comments

Berjalan 20 Km untuk Timnas dan Kini untuk Piala Dunia
Ravi Murdianto tiba-tiba tenar seantero Indonesia. Ketangguhannya dalam menjaga mistar gawang Timnas Indonesia U-19, mampu mengantarkan Garuda Jaya menjuarai Piala AFF

Remaja kelahiran Grobogan 5 Januari 1995 ini memang sejak kecil suka dengan sepak bola. Sejak kelas dua Sekolah Dasar (SD), Dia sudah belajar sepak bola bersama dengan SSB Putra Bersemi di Kecamatan Tegowano. Saat itu, dia tidak menjadi seorang kiper melainkan gelandang dan striker.

Namun, sejak kelas IV, dirinya kemudian pindah posisi menjadi kiper. Postur tubuhnya yang cukup tinggi menjadi faktornya. Di bawah arahan pelatih Erwin, Ravi kecil mulai belajar menangkap bola.
Melihat kemampuan Ravi yang terus berkembang, setelah kelas VI SD Ibunda Ravi Murminah kemudian memindahkan Ravi ke SSB Tugumuda Semarang supaya mendapatkan pelatihan yang lebih baik.

Langkah tersebut, cukup sukses, saat kelas 2 SMP, Ravi berhasil lolos seleksi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Jateng atau sering disebut diklat Salatiga. Di Salatiga, kemampuannya terus diasah, refleknya semakin baik. Dua tahun kemudian atau tepatnya ketika kelas dua SMA Ravi ditarik untuk masuk ke Diklat Ragunan.

''Waktu itu ada senior saya namanya Yosep, yang memberikan informasi kepada pelatih Diklat ragunan kalau di Diklat Salatiga ada kiper. Dari situ saya diminta mengirim identitas, dan akhirnya bisa masuk ke diklat Ragunan," kenangnya.

Dari Diklat Ragunan nama Ravi Murdianto semakin moncer. Dia lolos seleksi masuk timnas U-17, U-18 dan U-19. Di bawah bendera Timnas U-17, dia mengantarkan Indonesia menjuarai turnamen pelajar di Hongkong.

Ravi mengaku, memiliki pengalaman yang tak akan pernah dilupakan selama belajar sepak bola. Pengalaman itu yakni, dirinya pernah berjalan kaki dari Terminal Penggaron Semarang menuju rumahnya di Tegowanu yang jaraknya lebih dari 20 km.

Kejadian itu membuat keluarganya panik, karena sampai jam 21.00 Ravi tidak kunjung sampai rumah. Sang ayah pun berusaha menjemput Ravi, langsung ke Stadion Sidodadi yang menjadi markas SSB Tugumuda, namun tidak ketemu. Beruntung saat perjalanan pulang Sang Ayah bertemu dengan Ravi yang sedang istirahat di Masjid Mranggen.

"Waktu itu kemalaman, dan tidak ada bus. Karena waktu itu belum punya handphone jadi tidak bisa memberikan kabar ke orang tua, akhirnya saya pilih jalan kaki,"kenangnya.

Ravi mengungkapkan, prestasi yang diraihnya saat ini selain dipersembahkan untuk Indonesia, tetapi
juga untuk kedua orang tuanya Murminah,47, dan Hery Supriyanto, 48. Kedua orang tuanya memberikan kontribusi besar dalam karirnya di sepak bola. Perjuangan dan dukunganya tidak akan pernah Dia lupakan.

"Perjuangan orang tua saya sangat besar, setiap hari mengantarkan saya latihan, membiayai selama latihan,"ujar kiper yang mengidolakan Gianluigi Buffon dan Ferry Rotinsulu ini.

Diakui sang Ibu Murminah, untuk menyekolahkan sepak bola Ravi keluarganya harus kerja keras. Bahkan tidak jarang utang sana-sini supaya anaknya bisa terus mengasah kemampuannya. Karena sering utang, Murminah kerap mendapakan cibiran dari orang lain. Namun, cibiran itu tak pernah ditanggapinya. Dia hanya berpikir bisa menyalurkan bakat dan hobi anaknya.

Murminah yang sehari-hari bekerja menjual nasi di warung kecil di sebelah Pos Ojek Tajemsari Tegowanu ini menceritakan, dirinya bahkan sampai menjual tanah untuk biaya pindah sekolah ke Salatiga dan biaya Uang Gedung sekolah."Banyak yang bilang, untuk apa utang sana-sini cuma untuk sekolah sepak bola. Tapi namanya Orang tua yang penting saya bisa menyalurkan bakat dan hobi anak,"ujar Murminah.

Menceritakan pahit getirnya selama membesarkan Ravi hingga menjadi seorang kiper yang cukup tangguh dan mampu membawa harum nama Bangsa Indonesia melalui Sepakbola, tanpa sadar Murminah menitikan air mata. "Saya selalu menangis kalau mengenang semuanya," ujarnya sembari mengusap air matanya.

Kala Ravi sangat terkenal bak artis Ibu kota, Murminah berpesan kepada anaknya supaya tetap menjaga berlaku santun, sederhana, menghormati orang tua, menghormati orang yang lebih tua dan taat beribadah. "Sebagai orang tua tentu mendoakan yang terbaik, Ravi bisa terus memberikan prestasi kepada Indonesia dan membawa nama baik keluarga," katanya.

Jangan pernah berhenti mewujudkan mimpi kalian sekalipun rintangan sekeras karang.

Related Post

Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Prosobat semua membaca artikel Ravi Murdianto Garuda Jaya ini. Tak lengkap rasanya jika kunjungan Prosobat di Blog ini tanpa meninggalkan komentar, untuk itu silahkan berikan kritik dan saran Prosobat pada kolom komentar di bawah. Apabila prosobat ingin menyebar luaskan artikel ini, dimohon untuk menyertakan Link Sumber ke halaman Ravi Murdianto Garuda Jaya ini. Semoga artikel ini dapat memberi manfaat untuk Prosobat.

0 comments

Post a Comment

Cancel Reply